Sabtu, 29 Desember 2007

Fantastis ....itulah kata yang sempat terlontar ketika saya mendengar harga jual dari tanaman hias anthurium. Awalnya saya sempat tak percaya, (mungkin begitu juga dengan Anda) waktu temen saya bilang bahwa harga tanaman pot anthurium bisa mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Bahkan saya sempat mengejek “masa tanaman cuma daun doang harganya jutaan, dikasihin kekambing aja gak bakalan dimakan”. Namun, teman saya meyakinkan bahwa sudah banyak orang yang mendapatkan rejeki nomplok dari menjual tanaman anthurium.

Untuk menghilangkan rasa penasaran, lalu saya mencari informasi dan referensi tentang anthurium dengan membaca beberapa majalah agrobisnis, dan membaca beberapa buku yang membahas tentang anthurium. Dari beberapa referensi yang saya baca itulah saya jadi percaya bahwa harga tanaman anthurium benar-benar tinggi. Dan keyakinan saya semakin bertambah setelah mengetahui tiga buah anthurium tetangga saya di beli dengan harga 7,5 juta rupiah. Itupun tidak susuah menjualnya, karena si pembeli berburu ke rumah-rumah.

Coba Anda bayangkan, harga bijinya saja (tanpa jaminan bisa tumbuh) berkisar antara 25 – 50 ribu rupiah, tergantung dari jenis anthuriumnya. Harga tanaman bibitan dengan 2-3 helai daun atau dua bulan sesudah tanam berkisar 50 – 500 ribu rupiah. Lantas bagaimana harga tanaman remaja atau dewasa? Harga tanaman remaja dan dewasa bervariasi tergantung pada keindahan daun dan kelangkaan dari jenis tanman. Sebagai contoh untuk tanaman remaja (6-8 bulan) anthurium Jenmani Anaconda berharga 2,5 juta rupiah, sedangkan Jenmani tanduk mencapai 10 juta rupiah.

Sulit dibayangkan, jika 2 – 3 tahun lalu harga sebatang anthurium masih puluhan atau ratusan ribu sekarang sudah meroket menjadi puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah. Jika sebelumnya harga anthurium dihitung per pot, saat ini harganya sudah ada yang dihitung perdaun. Misalnya anthurium daun sirih yang harga per lembar daunnya berkisar 500 ribu hingga satu juta rupiah. Dengan demikian harga satu pot anthurium sirih tinggal mengalikan jumlah daun dengan harga per lembar daunnya.

Anda mungkin akan semakin tercengang bila mengetahui harga dari indukan anthurium. Harga indukan anthurium gelombang cinta dengan 2 tongkol (spadiks) siap panen mencapai 50 juta rupiah, sedangkan untuk jenis jenmani berkisar 100 juta rupiah. Bahkan untuk indukan jenis jenmani kobra konon harganya bisa mencapai 1,5 – 2 Miliar rupiah. Dahsyat bukan?

Mengingat tingginya harga tanaman anthurium tersebut, tak salah bila para hobiis di indonesia menyebut anthurium sebagai si Emas Hijau atau si Daun Emas. Mengingat harga anthurium yang bisa semahal, bahkan mengalahkan harga emas.

Sampai kapan bisa bertahan?

Sampai kapan bum anthurium bisa bertahan? Mungkin itulah pertanyaan yang menghampiri Anda (termasuk juga saya). Selamanya-------ya selamanya, itulah jawaban yang saya dapatkan dari sebuah tabloid yang membahas tentang anthurium. Mereka memberikan beberapa alasan untuk jawaban tersebut. Yaitu mengingat bahwa anthurum itu adalah hobi global, tak hanya disukai orang-orang Indonesia saja. Bahkan, sebenarnya negara kita ini tertinggal jauh dalam hal mencintai anthurium dibandingkan negara-negara lain, misalnya di Benua Amerika dan Eropa sana.

Bahkan masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti filipina dan Thailand yang sudah puluhan tahun mengelutinya. Mereka, bahkan sudah lebih dulu mencetak rhinosong, black beauty, black selvit, burgundi, dan lain sebagainya.

Alasan lain atas jawaban selamanya, juga berdasarkan pusaran modal yang ditanamkan. Banyak para pengusaha yang sudah menginvestasikan ratusan milyar rupiah pada bisnis ini. Dengan besarnya modal yang mereka anamkan, tentu saja mereka menginginkan capital turn over. Berarti pula akan berusaha sekuatnya untuk mengembalikan modal beserta keuntungannya.
Itu berarti mereka akan mati-matian untuk menghidupkan anthurium menjadi bisnis yang bukan asal-asal saja. Tetapi bisnis yang everlasting alias selamanya.

Itu baru pemain yang bermodal gede dan bermain sampai sekelas transnasional. Belum lagi pemodal yang bermain di tingkat lokal, yang nilainya milyaran sampai yang kecil-kecilan hasil menjual sapi, juga seabreg-abreg jumlahnya. Mereka jelas memiliki pikiran sama, tak mau uangnya layu seiring layunya bisnis anthurium. Mereka tentu saja akan rajin menyiram dan memupuk agar hobi anthurium bisa selama-lamanya.

Sementara alasan ketiga mengapa selamanya, yaitu kembali pada seberapa besar kita mencintainya. Tentu saja kembali pada realita selama ada rakyat masih ada pula negara. Selama masyarakat anthurium masih jutaan dan menyebar ke seantero nusantara, tentu saja hobi ini masih akan bertunas dan bertongkol.
Jadi, Anda jangan pernah ragu mencintai si daun emas ini....

Rabu, 26 Desember 2007

  • Kenali tipe Bos, termasuk kebiasaanya.
  • Ketahui waktu-waktu terbaik bicara dengannya.
  • Laporkan selalu perkembangan tugas yang sedang dikerjakan secara periodik, sebaiknya tidak usah menunggu ditanya.
  • Luangkan waktu anda utuk sewaktu-waktu bekerja lembur, termasuk terlibat pada acara pribadinya. Dengan catatan anda mau dan diminta.
  • Perlihatkan kemampuan kerja Anda pada saat yang tepat. Jangan ragu untuk ‘memamerkan’ kinerja Anda di depan Bos. Tidak dengan bicara, tetapi dengan kinerja yang baik.
  • Jangan sekali-kali mencoba mem-bypass atasan Anda. Kecuali, tentu saja bila Bos besar bertanya langsung sama Anda. Namun, setelah itu sebaiknya Anda melaporkan apa yang ditanyakan dan jawaban Anda kepada atasan langsung.


5 ciri penjilat Yang sebaiknya tidak Anda lakukan---kecuali ingin dibenci seluruh kantor.

  • Rajin memuji penampilan atasan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hari ini mengatakan, “Pak, bajunya bagus sekali,” besoknya, “Pak sepatunya beli di mana?”.
  • Memuji atasan langsung kepada atasannya (atasan dua tingkat di atas Anda).
    Menawarkan fasilitas tidak perlu kepada atasan. Misalnya “Pak, saya punya vila di Nusa Kambangan. Silahkan loh kalau mau dipakai.”
  • Menjadi seorang “yes man”. Bahkan disuruh nguras laut pun Anda jalankan juga.
  • Terlihat setuju di depan atasan tetapi menggerutu di belakang.
  • Melayani keluarga atasan secara berlebihan.


ngin jadi Bos? Tak perlu menunggu sampai Anda menempati ruang luas di puncak gedung berpemandangan jalan ibukota. Setir saja Si Bos, dan Anda merasa sudah jadi BOS. Keinginan untuk menjadi bos sebenarnya wajar. Tiap manusia memang dilahirkan membawa kehendak untuk berkuasa. Mungkin itulah sebabanya tiap orang ingin merasa berkuasa seperti jenderal di medan perang, atau minimal berkuasa atas keluarga sendiri.
Sekarang, jujur sajadeh, apasih yang Anda bayangkan dengan menjadi bos…..? pasti inilah jawaban Anda: jabatan tinggi, gaji besar, mobil bagus, fasilitas melimpah, dan segala hal yang enak-enak lainnya. Pendeknya, jika merujuk pada piramida pemuasan kebutuhan Abraham Maslow, seorang bos dianggap sudah mencapai piramida tertinggi dari kebutuhan, yaitu aktualisasi diri. Sebab lainnya bisa jadi karena menjadi bawahan banyak yang merasa tertindas dan terintimidasi. Padahal, sebenarnya Anda malah bisa menyetir sang Bos.


Menyetir, Bukan Disetir
Kalau Anda sempat menyaksikan film komedi My Big Fat Greek Wedding, mungkin masih teringat adegan tokoh bapak yang selelu menolak ide apapun dari siapapun. Akhirnya anak dan istrinya menemukan cara agar semua ide terlihat sebagai ide dari si bapak, padahal melalui arahan mereka.


Menyetir dari belakang memang layak untuk dipraktekan. Kepada bos, tidak perlu dijabarkan secara terinci apa yang kita usulkan. Cukup berikan petunjuk singkatnya, sehingga kemudian Bos akan menangkap maksud kita dan mengambil alih ide tersebut. Cara ini membuat usulan Anda diterima dengan mudah oleh Bos dan Anda terlihat pintar dimatanya.

Ada cara lain yang lebih cerdik. Yaitu dengan menjadikan diri kita kepercayaan Bos. Dengan begitu, setiap usulan Anda akan diterima olehnya. Caranya tidak sulit, Anda tinggal menunjukkan kemampuan lebih dari yang lain. Asal penilaian kinerja Anda bagus, sudah pasti Anda akan menjadi perhatian atasan.


Ambil Peran Utama
Anda berada dilingkungan kerja yang kompetitif? Tentu sulit mendapatkan perhatian atasan. Tapi jangan kuatir, tonjolkan diri Anda sebagai pemecah masalah. Pemecah masalah mampu mengatur diri sendiri sehingga mereka tidak bereaksi terhadap masalah secara spontan dan menjadi aset bagi perusahaan. Dengan tetap tenang di tengah mendekatnya dead line dan selalu memiliki beberapa alternatif solusi dalam memecahkan masalah, baik yang dihadapi sendiri maupun yang dihadapi tim. Anda akan tetap memegang kendali.


Selangkah Di Depan
Tidak kalah pentingnya, kenali karakter sang Bos, untuk mengantisipasi stres yang mungkin muncul saat menghadapinya. Tetapi tenang saja, cara menghadapi stres sama banyaknya dengan jenis Bos pembuat stres. Sebaiknya Anda tidak salah mengambil tindakan hanya karena tidak mengenali karakternya.



Seorang Bos yang pekerja keras misalnya, akan lebih menghargai Anda bila sanggup memenuhi satndar sebagai karyawan teladan. Artinya, Anda dituntut menyelesaiakan pekerjaan sacara sempurna, cepat, dan rapih. Sementara Bos yang senang bersosialisasi, akan mengutamakan pendekatan personal dengan bawahannya.

Yang pasti, Anda harus mengenali waktu yang tepat untuk berbicara pada Bos. Apabila Anda hendak berbicara padanya namun tak lama kemudian ia menerima telepon, jangan ragu untuk menatap matanya dan bertanya, “sekarang atau nanti, Pak?”. Bila ia memberikan isyarat untuk menunggu, tunggulah beberapa saat. Bila ia membalikkan badan, ke luar saja dulu. Tungu ia memanggil kembali nanti.


Seberapa Dekat?
Bila Anda berhasil menyetir Bos, otomatis Anda akan makin dekat dengannya. Sebenarnya, itu tidak apa-apa, asalkan Anda tahu batasannya. Apabila terlalu dekat dengan atasan, pada suatu titik hubungan itu menjadi tidak obyektif lagi sehingga terjadi pencampuar adukan antara masalah pribadi dan pekerjaan. Membicarakan masalah pribadi dengan atasan bukanlah pilihan yang tepat. Bila kemudian hari terjadi masalah dengannya, bisa jadi masalah pribadi kita itu dapat menjadi bumerang.


Tahu Diri
Satu hal yang tabu dan sama sekali tidak boleh dilakukan adalah berladak seperti bos Anda, seberapapun Anda berhasil menyetirnya. Meski disayang atasan Anda tetap tidak berhak memerintah rekan-rekan sejawat yang secara struktural tidak berada di bawah Anda. Akibatnya jelas, rekan-rekan Anda dapat kompak untuk membentuk “koalisi anti Anda”.
Demikian pula, jangan merasa gusar bila rekan Anda yang dipromosikan, meskipun Anda merasa dekat dengan Bos. ‘Ingat Anda tidak memiliki klaim apapun. Karena semua murni kebijakan perusahaan yang tidak seorang karyawanpun tahu apa esensinya.”


Jaga Jarak
Janganlah anda terjebak menjadi seorang penjilat. Seorang penjilat mungkin akan mendapat perhatian lebih dari yang dijilatnya. Namun Anda akan kehilangan hormat dari orang disekeliling Anda. Selain itu ada efek jangka panajng. Kebanyakan penjilat punya karakter unik: membuat laporan asal atasan senang. Pada awalnya, si atasan mungkin tidak tahu kepalsuan laporan si penjilat. Namun pecayalah, atasan bukan orang bodoh yang bisa terusmenerus dibohongi. Bila atasan tahu apa yang sebenarnya terjadi, malapetakalah bagi si penjilat.

Meski berhasil menyetir Bos, jangan heran kalau ada sejumlah kerepotan yang menyertai. Bak minum obat, tiada kesembuhan tanpa efek samping. Kerepotan-kerepotan itu anatara lain Anda harus meluangkan waktu lebih untuk atasan. Namun walaupun anda dijejali dengan segudang kerepotan. Toh, keuntungan menyetir Bos masih lebih besar daripada menjadi pecundang yang Cuma bisa menggerutu di belakang. Mkanya tunggu apalagi, segeralah setir Bos Anda............

Sumber : MHI