Rabu, 26 Desember 2007


ngin jadi Bos? Tak perlu menunggu sampai Anda menempati ruang luas di puncak gedung berpemandangan jalan ibukota. Setir saja Si Bos, dan Anda merasa sudah jadi BOS. Keinginan untuk menjadi bos sebenarnya wajar. Tiap manusia memang dilahirkan membawa kehendak untuk berkuasa. Mungkin itulah sebabanya tiap orang ingin merasa berkuasa seperti jenderal di medan perang, atau minimal berkuasa atas keluarga sendiri.
Sekarang, jujur sajadeh, apasih yang Anda bayangkan dengan menjadi bos…..? pasti inilah jawaban Anda: jabatan tinggi, gaji besar, mobil bagus, fasilitas melimpah, dan segala hal yang enak-enak lainnya. Pendeknya, jika merujuk pada piramida pemuasan kebutuhan Abraham Maslow, seorang bos dianggap sudah mencapai piramida tertinggi dari kebutuhan, yaitu aktualisasi diri. Sebab lainnya bisa jadi karena menjadi bawahan banyak yang merasa tertindas dan terintimidasi. Padahal, sebenarnya Anda malah bisa menyetir sang Bos.


Menyetir, Bukan Disetir
Kalau Anda sempat menyaksikan film komedi My Big Fat Greek Wedding, mungkin masih teringat adegan tokoh bapak yang selelu menolak ide apapun dari siapapun. Akhirnya anak dan istrinya menemukan cara agar semua ide terlihat sebagai ide dari si bapak, padahal melalui arahan mereka.


Menyetir dari belakang memang layak untuk dipraktekan. Kepada bos, tidak perlu dijabarkan secara terinci apa yang kita usulkan. Cukup berikan petunjuk singkatnya, sehingga kemudian Bos akan menangkap maksud kita dan mengambil alih ide tersebut. Cara ini membuat usulan Anda diterima dengan mudah oleh Bos dan Anda terlihat pintar dimatanya.

Ada cara lain yang lebih cerdik. Yaitu dengan menjadikan diri kita kepercayaan Bos. Dengan begitu, setiap usulan Anda akan diterima olehnya. Caranya tidak sulit, Anda tinggal menunjukkan kemampuan lebih dari yang lain. Asal penilaian kinerja Anda bagus, sudah pasti Anda akan menjadi perhatian atasan.


Ambil Peran Utama
Anda berada dilingkungan kerja yang kompetitif? Tentu sulit mendapatkan perhatian atasan. Tapi jangan kuatir, tonjolkan diri Anda sebagai pemecah masalah. Pemecah masalah mampu mengatur diri sendiri sehingga mereka tidak bereaksi terhadap masalah secara spontan dan menjadi aset bagi perusahaan. Dengan tetap tenang di tengah mendekatnya dead line dan selalu memiliki beberapa alternatif solusi dalam memecahkan masalah, baik yang dihadapi sendiri maupun yang dihadapi tim. Anda akan tetap memegang kendali.


Selangkah Di Depan
Tidak kalah pentingnya, kenali karakter sang Bos, untuk mengantisipasi stres yang mungkin muncul saat menghadapinya. Tetapi tenang saja, cara menghadapi stres sama banyaknya dengan jenis Bos pembuat stres. Sebaiknya Anda tidak salah mengambil tindakan hanya karena tidak mengenali karakternya.



Seorang Bos yang pekerja keras misalnya, akan lebih menghargai Anda bila sanggup memenuhi satndar sebagai karyawan teladan. Artinya, Anda dituntut menyelesaiakan pekerjaan sacara sempurna, cepat, dan rapih. Sementara Bos yang senang bersosialisasi, akan mengutamakan pendekatan personal dengan bawahannya.

Yang pasti, Anda harus mengenali waktu yang tepat untuk berbicara pada Bos. Apabila Anda hendak berbicara padanya namun tak lama kemudian ia menerima telepon, jangan ragu untuk menatap matanya dan bertanya, “sekarang atau nanti, Pak?”. Bila ia memberikan isyarat untuk menunggu, tunggulah beberapa saat. Bila ia membalikkan badan, ke luar saja dulu. Tungu ia memanggil kembali nanti.


Seberapa Dekat?
Bila Anda berhasil menyetir Bos, otomatis Anda akan makin dekat dengannya. Sebenarnya, itu tidak apa-apa, asalkan Anda tahu batasannya. Apabila terlalu dekat dengan atasan, pada suatu titik hubungan itu menjadi tidak obyektif lagi sehingga terjadi pencampuar adukan antara masalah pribadi dan pekerjaan. Membicarakan masalah pribadi dengan atasan bukanlah pilihan yang tepat. Bila kemudian hari terjadi masalah dengannya, bisa jadi masalah pribadi kita itu dapat menjadi bumerang.


Tahu Diri
Satu hal yang tabu dan sama sekali tidak boleh dilakukan adalah berladak seperti bos Anda, seberapapun Anda berhasil menyetirnya. Meski disayang atasan Anda tetap tidak berhak memerintah rekan-rekan sejawat yang secara struktural tidak berada di bawah Anda. Akibatnya jelas, rekan-rekan Anda dapat kompak untuk membentuk “koalisi anti Anda”.
Demikian pula, jangan merasa gusar bila rekan Anda yang dipromosikan, meskipun Anda merasa dekat dengan Bos. ‘Ingat Anda tidak memiliki klaim apapun. Karena semua murni kebijakan perusahaan yang tidak seorang karyawanpun tahu apa esensinya.”


Jaga Jarak
Janganlah anda terjebak menjadi seorang penjilat. Seorang penjilat mungkin akan mendapat perhatian lebih dari yang dijilatnya. Namun Anda akan kehilangan hormat dari orang disekeliling Anda. Selain itu ada efek jangka panajng. Kebanyakan penjilat punya karakter unik: membuat laporan asal atasan senang. Pada awalnya, si atasan mungkin tidak tahu kepalsuan laporan si penjilat. Namun pecayalah, atasan bukan orang bodoh yang bisa terusmenerus dibohongi. Bila atasan tahu apa yang sebenarnya terjadi, malapetakalah bagi si penjilat.

Meski berhasil menyetir Bos, jangan heran kalau ada sejumlah kerepotan yang menyertai. Bak minum obat, tiada kesembuhan tanpa efek samping. Kerepotan-kerepotan itu anatara lain Anda harus meluangkan waktu lebih untuk atasan. Namun walaupun anda dijejali dengan segudang kerepotan. Toh, keuntungan menyetir Bos masih lebih besar daripada menjadi pecundang yang Cuma bisa menggerutu di belakang. Mkanya tunggu apalagi, segeralah setir Bos Anda............

Sumber : MHI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar